Halaman

SELAMAT DATANG DIBLOG YANSAH PUTRI HIJAU

Total Tayangan Halaman

Senin, 20 Desember 2010

RESUME TENTANG PENDAPATAN (REVENUE)

PENDAPATAN (REVENUE)


A. PENGERTIAN PENDAPATAN
Pendapatan sebagai terjemahan dari revenue. Pendapatan dan keuntungan atau laba (gains) merupakan komponen dari penghasilan (income).
Pengertian pendapatan :
1. Menurut PAI
Ikatan akuntansi Indonesia dalam PAI (1984) mendefinisikan pendapatan yaitu :
Peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban suatu badan usaha, yang timbul dari penyerahan barang dagang/jasa atau aktivitas usaha lainnya di dalam suatu priode. Tidak termasuk dalam pengertian pendapatan adalah peningkatan aktiva perusahaan yang timbul dari pembelian harta, investasi oleh pemilik, pinjaman taupun koereksi rugi laba pada tahun lalu.

2. Menurut FASB
FASB (1985) mendefinisikan pendapatan adalah sebagai berikut :
“Revenues are inflows or other enchancements of assets of an entity or settlement of its liabilities (or a combinations of both) from delivering or producing goods, rendering server, or order activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations.” (SFAC no 6, par. 78)
Pendapatan adalah aliran masuk atau pertambahan aktiva suatu suatu perusahaan atau penyelesaian utang (atau kombinasi antara keduanya) dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa dan atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan badan usaha tersebut. FASB lebih menekankan arti pendapat sebagai aliran yang diterima perusahaan dari penjualan barang atau penyerahan jasa.
3. Merurut KDPPLK dan PSAK No 23
KDPPLK (1999) mengemukakan bahwa pendapatan merupakan komponen dari penghasilan sebagaimana definisi berikut :
“penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal konstibusi penanaman modal”
Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam perusahaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda-beda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalty dan sewa.
Dengan demikian menurut KDPPLK pendapatan berasal dari :
1. Hasil penjualan barang hasil produksi oleh perusahaan manufaktur maupun penjualan barang dagangan oleh perusahaan dagang.
2. Penjualan atau penyerahan jasa, baik atas dasar kontrak maupun tidak
3. Penggunaan aktiva baik aktiva berwujud maupum tidak berwujud oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, sewa, royalty dan dividen.
“pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari konstribusi penanaman modal”.
4. Menurut Vernon kam
Sesuai dengan dafinisi-devinisi pendapatan menurut pengertian pendapatan menurut pustaka yang lain, dalam memberikan pengertian pendapatan, Vernon Kam (1986) sependapat bahwa pendapatan ditunjukkan oleh kenaikkan bruto nilai aktiva dan modal (ekuitas) dan kenaikkan tersebut sering kali ditunjukkan oleh adanya aliran kas masuk. Aliran kas masuk dari kegiatan operasi utama perusahaan dihasilkan terutama dari produksi dan penjualan dari out put (barang dan jasa) perusahaan, tetapi dapat juga berupa bunga, sewa atau pun royalty dan lain-lain. Vernon Kam mengindentifikasi ada dua aliran (flows) yang berhubungan dengan operasi utama perusahaan yaitu fisik dan aliran moneter.
Aliran fisik menyangkut
a. Peristiwa atau kegiatan produksi dan penjualan out put.
b. Objek kegiatan yaitu out put atau produk itu sendiri.
Aliran moneter melibatkan
a. Peristiwa kenaikkan nilai dalam perusahaan karena kegiatan produksi atau penjualan out put perusahaan kepada para pembeli / langganan.
b. Objek peristiwa yaitu berupa nilai rupiah aktiva yang diproduksi atau dijual.
Dari beberapa pengertian dan uraian di atas dapat disimpulkan pula bahwa pengertian pendapatan dapat dipandang dari dua sudut pandang, yaitu : sudut pandang kegiatan usaha (entity concept) dan sudut pandang kesatuan pemilik (proprietary concept) dari sudut apndang kesatuan usaha pendapatan merupakan aliran pendapatan aktiva baru yang masuk ke perusahaan yang berasal dari pembeli/pelanggan sebagai pemakai produk perusahaan. Sedang dari sudut pandang kesatuan pemilik, pendapatan merupakan kelebihan aliran sumber ekonomi yang masuk di atas potensi jasa yang keluar dari perusahaan. Potensi jasa tersebut berupa biaya-biaya yang dapat dibebankan pada pendapatan.
Apabilah pendapatan dihubungkan dengan artikulasi laporan keuangan maka pengertian pendapatan sebagai kenaikan aktiva kotor akan lebih bermakna dari pada pengertian pendapatan berdasarkan konsep neto (airan masuk dikurangi aliran keluar). Sehingga atas dasar artikulasi laporan keuangan pendapatan adalah kenaikan aktiva atau penrunan utang dan bukan kenaikan kekayaan pemilik.
Disamping istilah pendapatan (sebagai terjemahan revenue), dalam SFAC Nomor 6 ada istilah comprehensive income (penghasilan komprehensip) yang didefinisikkan sebagai berikut :
a. Komponen pokok: pendapatan (revenues), biaya (expenses), laba keuntungan (gains) dan rugi (losses).
b. Komponen antara: yaitu komponen sebagai akibat kombinasi pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba setelah pajak. Komponen kedua ini disebut laba akuntansi (accounting income).
Pendapatan pada umumnya menyebabkan adanya kenaikan jumlah aktiva, walaupun tidak semua kenaikan jumlah aktiva merupakan pendapatan dan penghasilan. Ada berbagai transaksi yang dapat menyebabkan pertambahan aktiva. Menurut Patom dan Littleton (1940) sumber dari kenaikan jumlah aktiva dapat bersal dari:
1. Transaksi pembelanjaan yang bersumber dari kreditur maupun pemegang saham (investor)
2. Laba (gains) dari penjualan aktiva yang bukan beripa barang dagangan seperti aktiva tetap, surat-surat berharga atau penjualan anak perusahaan.
3. Hadiah, sumbangan atau penemuan
4. Revaluasi aktiva
5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran hasil penjualan produk.


B. TERBENTUKNYA PENDAPATAN DAN REALISASI PENDAPATAN
Konsep realisasi merupakan teknik akuntansi yang menjadi dasar untuk pengakuan pendapatan. Dalam konsep ini reslisasi ditansainya dengan diterimanaya kas atau kesanggupan membayar dari pihak pembeli produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Merurut Paton dan Littleton (1940) prose realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian sebagai berikut;
a. Adanya kepastian perubahan produk menjadi produkaktiva lain (potensi jasa) melalui kegiatan penjuan jasa yang sah
b. Diperolehnya aktiva lain, biasanya aktiva lancer, sebagai pengesahan terhadap transaksi penjualan tersebut.

C. KRITERIA PENGAKUAN PENDAPATAN
Berikut ini secara ringkas diberikan penjelasan tiga kriteria pengakuan pendapatan sesuai dengan kriteria Vernon Kam (1986) di atas.
1. Pengukuran nilai aktiva
Kenaikan nilai aktiva menyebabkan kenaikan modal. Ktiteria kenaikan nilai aktiva mengharuskan adanya keterukuran (measurability) artinya perlu didukung dengan bukti-bukti yang cukup. Namun demikian FASB menyatakan bahwa pendapatan dan laba umumnya tidak diakui sampai direalisasi atau dapat direalisasi. Kata direalisasi berarti bahwa aktiva yang dirterima adalah kas atau hak atas kas, dan oleh karena itu pendapatan direalisasi berarti bahwa aktiva yang diterima adalah kas atau setidaknya jumlah yang cepat dapat dikonversikan menjadi kas atau hak atas kas. Analisa semacam itu sejalan dengan suatu pertanyaan apakah dalam pencatatan pendapatan aktiva yang diterima haris aktiva likuid? Paton dan Littleon (1940) berpendapat “ya” berupa aktiva likuid, sebagaimana kutipan berikut: “ditinjau dari pandangan yang dominan pendapatan direalisasi bila terbukti ada penerimaan kas atau piutang atau aktiva lainnya yang likuid”. Walaupun kemudian Paton dan Littleon juga membuka adanya penyimpangan.
Sedang APB opinion 29 menjawab lebih tegas bahwa aktiva yang diterima tidak harus likuid. Sehingga kebiasaan-kebiasaan praktik yang didasarkan pada alasan yang logis yang diterpkan sesuai kondisi perusahaan masing-masing masih tetap digunakan.
Kriteria berikutnya yang menyertai keterukuran aktiva berhubungan dengan kolektibilitas. Kolektibilitas berhubungan dengan periode waktu pos-pos aktiva yang diterima untuk dapat dikonversikan menjadi kas. Lebih lama periode pengumpulan berarti lebih tinggi tingkat ketidak pastian semua kas akan terkumpul.
2. Adanya suatu transaksi
Transaksi yang memberikan bukti yang objektif mengenai kenaikan nilai ekstern yang independen (an arm’s length trnsaction). Pencatatan transaksi dengan pihak ekstern yang independen tersebut umumnya didasarkan pada nilai historis. Tetapi mingkin saja ada transaksi internal yang memberikan bukti objektif, terutama apabila dalam perusahaan yang bersangkutan mempunyai sistem pengendalian intern yang baik sehingga ada juga pendapatan/laba dicatat dengan tidak berdasarkan pada transaksi dengan pihak ekstern misalnya pencatatan dengan dasar market value untuk emas, perak, terigu dan sebagainya. Kalau ada dasar yang objektif pencatatan atas dasar harga pasar atau nilai yang lain diperbolehkan. Tentu saja hal yang diperlukan terakhir tersebut diperlukan sebagai pengecualian.
3. Kelengkapan substansial “earning process”
Kriteria ini menekankan bahwa pendapatan tidak akan diperoleh sampai perusahaan memperoleh performance yang cukup (substansial). Oleh karena itu pendapatan dapat diakui kalau proses earning tersebut secara substansial telah selesai. Kata substansial adalah ukuran kualitatif, yang apabila dikuantifikasikan mungkin bisa menimbulkan perbedaaan-perbedaaan, sehingga perlu dipertimbangkan akal sehat dalam menerapkan penggunaan kata ini. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi perusahaan masing-masing. Mungkin proses earning dirasa cukup atau pada saat penjualan dan sebagainya sehingg pengakuan pendapatan menjadi berbeda-beda antara perudsahaan satu dan perusahaan lainnya. Hanya saja umunya perusahaan proses earning secara substansial terjadi pada saat penjualan sehingga pada dataran praktik kita jumpai banyak perusahaan yang mengakui pendapatan pada saat pennjualan.

D. SAAT PENGAKUAN PENDAPATAN
Berdasarkan tiga kriteria yang dikemukakan oleh Venon Kam (1986) di bagian sebelumnya, saat-saat pengakuan pendapatan mungkin berbeda antara buku pustaka satu dengan pustaka lainnya. Beberapa literatur menyebutkan ada beberapa titik waktu sebagai saat kapan pendapatan diakui. Di bawah ini diperbandingkan saat kapan pengakuan pendapatan dari 3 literatur tersebut.

Tabel 6: kemungkinan saat pengakuan pendapatan
Paton dan Littleton PAI 1984 Vernon Kam
1. Saat penjualan
2. Tingkat penjualan produk
3. Saat penerimaan kas 1. Saat realisasi
2. Saat selesai produksi
3. Secar proporsional selama tahap produksi
4. Saat pembeyaran diterima 1. Saat penjualan
2. Salama produksi
3. Akhir produksi
4. Pembayaran
5. Pembayaran diterima sesudah pembayaran

Penjelasan kemunkinan saat-saat pengakuan pendapatan pada tabel enam di atas di kemukakan berikut ini.
1. Saat penjualan
Bagi perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang, saat penjualan merupakan saat yang paling umum (Paton dan Littleto, 1940, dank am, 1986 ) digunakan sebagai titik waktu pengakuan pendapatan. Dengan kalimat lain dikatakan bahwa saat penjualan merupakan saat pengakuan pendapatan yang utama. Hal ini disebabkan karena tiga kriteria yang disebutkan di atas dipenuhi, yaitu measurability, adanya suatu transaksi dan kelengkapan dari proses earning.dapat juga dikatakan bahwa pendapatan diakui pada saat realisasi karena realisasi ditandai dengan telah terjadinya transaksi pertukaran produk atau jasa out put perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas (misalnya : piutang dagang). Jadi yang dimaksud saat realisasi dalam hal ini adalah saat penjualan
2. Pendapatan diakui pada saat produksi selesai.
Pengakuan pendapatan di luar saat penjualan seperti pengakuan pendapatan secara proporsional dengan penyelasaian produksi atau lainya, sebenarnya merupakan pengecualian, sehingga untuk menggunakan nsaat pengakuan pendapatan semacam ini harus didasari dengan alasan-alasan yang rasional. Demikian juga pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai harus didasari dengan alasan yang rasional pula. Alasan pengakuan pendapatan pada saat selesai produksi dimungkinkan bila memenuhi syarat-syarat, misalnya seperti berikut:
a. Harga jual produk yang dihasilkan dapat ditentukan secara tepat
b. Tidak diperlukan kegiatan dan biaya pemesaran yang berarti menjual produk tersebut
c. Harga pokok produk yang bersangkutan sulit ditentukan
d. Satuan-satuan persedian dapat salinh ditukar.
Kalau ke empat syarat tersebut dipenuhi maka tidak ada masalah untuk mengakui pendapatan pada saat produk selesai diproduksi, sebab pemenuhan atas ke empat syarat tersebut pada dasarnya juga telah memenuhi tiga kriteria yang dikemukakan oleh Vernon Kam. Jadi untuk produk untuk nilai pasar dan tingkat kepastian terjualnya terjamin (misalnya karena telah terikat kontrak) berarti kelengkapan proses earning secara substansial sudah terpenuhi, sehingga dapat mengakui pendapatan saat selesai produksi. Dengan perkataan lain proses telah selesai produksi dianggap tidak lagi substansial dalam terbentuknya pendapatan. Sebagai contoh perusahaan mungkin dapat menggunakan pengakuan pendapatan pada saat selesai produksi adalah perusahaan logam mulia.
3. Pendapatan diakui secara proporsional dengan penyelesaian produksi
Pengakuan pendapatan semacam ini banyak digunakan pada perusahaan kontraktor yang mengerjakan proyek-proyek yang umunya memakan waktu lebih dari periode akuntansi. Pengakuan pendapatan secara proporsional semacam ini terpaksa harus dilakukan kalau perusahaan mempertahankan pengukuran dengan takaran periode. Dasar “effort and accooplishment” relevan untuk membandingkan (matching) pendapatan dan biaya secara periodik, tidak usah menunggu sampai proyek selesai. Dengan dasar matching tersebut, walaupun secara keseluruhan pada akhir periode akuntansi tertentu, proses penghimpunan belumcukup selesai tetapi untuk periode akuntansi sehingga bisa diakui. Proses pengakuan pendapatan secara proporsional dengan proses produksi mengharuskan adanya penaksiran prosentase penyelesaian proyek diakhir periode akuntansi. Penaksiran tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan prosentase biaya
Tahap penyelesaian ditentukan dengan taksiran total biaya untuk menyelesaikan proyek yang bersangkutan
b. Pendekatan berdasarkan pendekatan fisik
Prosentase penyelesaikan fisik didasarkan pada penaksiran yang dilakukan oleh ahlinya, sehingga bagian akuntansi atau manajemen dapat ,meminta bantuan insinyur atau arsitek dalam menaksir penyelesaian proyek.
Metode prosentase penyelesaian proyek dianjurkan apabila taksiran mengenai tahap penyelesaian kontrak dapat dilakukan secara baik. Bila taksiran tersebut kurang dapat ditentukan atau meragukan maka digunakan cara lain yang lazim dikenal sebagai “metode kotrak selesai”. Metode ini sesuai dengan konsep realisasi pendapatan baru diakui pada saat kontrak telah selesai. Namun apabila proyeknya berjangka panjang metode ini kurang pas dengan dasar “effort and eccomplishment”.
4. Pendapatan diakui pada saat penerimaan kas
Pengakuan pendapatan pada saat penerimaan kas dapat dilakukan apabila dalam rantai kegiatan sebelumnya dianggap sebagai realisasi pendapatan belum sampai pada tahapan substansial. Misalnya saja masih terdapat ketidakpastian yang besar mengenai kolektibilitas piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa. Oleh karena adanya ketidakpastian yang besar tersebut maka biasanya pengakuan pendapatan ditunda sampai saat diterimanya kas. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan belum berpindahnya hak milik barang sampai dilunasinya pembayaran, sehingga terdapat kemungkinan pembatalan transaksi penjualan yang dilakukan. Cara tersebut dapat dijumpai dalam penjualan secara cicilan (penjualan angsuran), namun penerapannya sejauh ini mungkin dihindari, karena jarang sekali dijumpai situasi dimana tagihan atas penjualan cicilan benar-benar tidak dapat dipastikan secara layak.
Penggunaan dasar kas sebagai dasar untuk pengakuan pendapatan dalam penjualan angsuran mempunyai dasar sebagai berikut:
a. Sebagian atau seluruh piutang yang timbul dari penjualan angsuran tersebut bukan merupakan aktiva yang berdaya beli kini.
b. Semakin panjang jangka waktu angsuran semakin besar kemungkinan tidak tertagihnya piutang tersebut.
c. After sale costs terutama biaya penagihan dan pengumpulan piutang umumnya berjumlah besar.
Pengajuan pendapatan pada saat diterimanya kas pada umumnya juga diterapkan oleh perusahaan yang bergerak di bidang jasa, karena pada perusahaan jasa tersebut pada penyerahan jasa umumnya bersamaan atau bersamaan dengan penerimaan pembayaran jasa tersebut. Pada perusahaan jasa semacam ini penyerahan jasa dianggap sebagai penjualan. Tetapi untuk perusahaan jasa yang tidak mempunyai karakteristik semacam itu, pemilihan saat pengakuan pendapatan tentunya disesuaikan dengan kondisi dan pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Bila saja pendapatan diakui secara proporsional misalnya apabila pelaksanaan pekerjaan jasa terdiri dari pengerjaan lebih dari satu macam tindakan maka pendapatan diakui secara proporsional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar